Jumat, 03 November 2017

Sensasi Mendaki Via Ferrata di Gunung Parang Purwakarta


Via ferrata gunung Parang Purwakarta
Yeah…hari ini Sabtu 7 Oktober 2017 kami akan mencoba memacu adrenalin di Purwakarta, tepatnya mencoba wisata ekstrim panjat tebing via ferrata di Gunung Parang. Via ferrata berasal dari Bahasa Italia yang artinya jalur besi. Ini adalah teknik memanjat dengan mendaki tangga besi yang “ditanam” di sepanjang dinding tebing. Via ferrata sendiri sudah ada sejak abad ke-19, dimulai pada perang dunia pertama. Dan di seluruh dunia sudah ada 1000 lebih jalur via ferrata, yang terbanyak di Italia dan Austria.
Gunung Parang yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat adalah lokasi rock climbing popular di Indonesia. Tebing yang vertikal menjadi tantangan bagi pemanjat tebing domestik maupun mancanegara.  Namun, kini tak hanya pemanjat tebing professional yang bisa mendaki Gunung Parang, tetapi siapa pun bisa memanjat tebing ini via ferrata hingga ketinggian 700 meter diatas permukaan tanah dan gunung Parang merupakan via ferrata tertinggi ke-2 di Asia.
Ki-ka : Mbak Rina, me, Sinyung, Nita, Mariati (minus Alex)






Kami yang berangkat ini ber-enam : saya, Nita, mbak Rina, Sinyung, Mariati dan Alex. Perjalanan dari Jakarta ke Purwakarta dengan kendaraan pribadi tidak terlalu jauh sekitar 2 jam-an….tetapi tol arah Bandung atau tol Cipularang cukup padat dengan truk dan mobil pribadi, ditambah lagi kami butuh waktu  mencari lokasi  basecamp yang ditentukan, sehingga kami tiba agak lambat.
Pihak operator wisata via ferrata SkyWalker yang kami gunakan menawarkan fasilitas lengkap termasuk transportasi pulang pergi Jkt – gunung Parang, makan, dokumentasi, sleeping bag, tenda dan pemandu dengan membayar biaya Rp.650.000,- / orang (menginap 1 malam atau istilahnya Sky Camp) tetapi karena kami membawa kendaraan sendiri, jadi kami hanya membayar Rp.550.000, - / orang. Kami memutuskan membawa kendaraan sendiri denan pertimbangan lebih santai dan rencana juga kami mau putar – putar menikmati kota Purwakarta setelahnya.
Sekitar jam 11 kami tiba di lokasi basecamp Sky Walker via ferrata, tepatnya dibawah kaki gunung Parang. Udara panas menyengat, tetapi lokasi basecamp sangat asri karena ditata dengan rapih juga disediakan beberapa hammock untuk bersantai, toilet bersih serta pastinya charging station.

Enjoy hammock :-)
Ketika kami tiba sudah ada beberapa kelompok lain juga yang mulai berdatangan, bahkan kami melihat beberapa orang asing alias turis dan yang lebih surprise lagi ada seorang anak kecil laki – laki mungkin usianya 10 tahun….keren…tidak dipungkiri bahwa via ferrata telah menjadi wisata adventure untuk keluarga.
Kelompok kami jalan belakangan, karena kami akan melakukan kegiatan Sky Camp alias nginap diatas tebing, sedangkan kelompok – kelompok lainnya yang jalan duluan, mereka naik kemudian langsung turun. Sebelum naik kami makan siang dahulu, o iya selain kami ber-enam, ternyata masih ada teman – teman lain juga yang akan mengikuti Sky Camp, jadi totalnya kami 13 peserta bersama 2 pemandu : Mas Jodi & Mas Amon.
Beberapa persiapan yang perlu dilakukan sebelum memanjat gunung Parang agar aman yaitu : 
1. Pakaian yang digunakan senyaman mungkin, disarankan pakaian olahraga dan berwarna terang, supaya cantik difoto. Saya lebih memilih menggunakan kaos lengan panjang supaya tidak belang karena panas matahari dan celana jogger 3/4. 
2. Sepatu sebaiknya menggunakan sepatu olahraga / kets. Ada teman yang menggunakan sandal gunung, tapi menurut saya tidak tepat, karena membuat kaki lecet.
3. Gunakan sunblock untuk melindungi kulit dari sinar matahari. 
4. Sarung tangan, ini wajib dipakai ya….untuk menghindari lecet pada tangan.
5. Selain itu juga kami membawa perlengkapan pribadi masing – masing dalam ransel seperti : snack, baju ganti, handuk kecil, air minum, obat – obatan pribadi, jas hujan, sarung tangan, kamera, powerbank. 
 
Rencana jam 3 sore kami mulai jalan, tetapi agak molor dari waktu yang ditentukan karena menunggu peralatan keamanan yang digunakan peserta sebelumnya. Langit tiba – tiba menjadi mendung dan hujan gerimis pun mulai turun, kami mejadi khawatir, tetapi Mas Jodi menenangkan kami untuk santai, bahwa semuanya aman. Sekitar jam 4 kami semua telah menggunakan perlatan keamanan seperti Helm sebagai pelindung kepala, Seat Harness yaitu tali yang dipasang melingkari pinggang dan paha sebagai penyangga berat badan.
Waktunya berangkat ….
Dari basecamp kami harus berjalan kaki sekitar 10 menit menuju kaki tebing melewati hutan dan jalanan menanjak. Setelah sampai di kaki tebing, kami diberikan pengarahan dan petunjuk cara menaiki via ferrata / tangga besi dan setelahnya kami berdoa bersama agar kegiatan ini lancar.
Jujur….saat itu tegang sekali, apalagi ketika memandang keatas melihat jalur via ferrata, bisa gak ya….ada ketakutan dan keinginan menyerah…tapi….sudah sampai sini…jauh – jauh dari Makassar lagi….maju !!!!
Berfoto bersama sebelum memulai pendakian
Satu persatu kami menaiki tangga besi, target kami memanjat setinggi 350 meter via ferrata atau 600 meter jika diukur dari permukaan laut. Perjalanan normal menurut mas Jodi sekitar 2 jam.  
Tiap kali menjejakkan kaki di tangga besi, wajib mengaitkan dua carabiner kita ke tali yang sudah dipasang di pinggir tangga besi. Kenapa dua ? Agar pengamananya dobel, berjaga – jaga bila yang satu terlepas, masih ada pengaman satunya. Pendakian ini sangat aman, tetapi yang perlu dipersiapkan adalah “mental”.
1/4 perjalanan berlalu….rasa lelah luar biasa, keringat bercucuran, tangan kaki gemetaran….rasa penyesalan pun bermunculan. “Bisa – bisanya ikut kegiatan ini ?, “Menyiksa diri banget ini ?”, “Sudah aman jadi diver, enak di laut lihat ikan, santai, ini mau coba aneh – aneh ?” Ahhhhhh…..nasi sudah jadi bubur, gak bisa turun lagi….pilihan saat itu ditengah kelelahan luar biasa yaitu bergantung ditebing sambil istirahat menikmati pemandangan luar biasa dari waduk Jati Luhur dan sekitarnya.
Mantap pemandangannya :-)
Jalur pendakian beragam, ada yang lurus keatas, juga ada yang merayap ke samping. Dua - duanya sama beratnya :-( karena harus mengangkat badan keatas dan menjaga keseimbangan. 

Aneka style :-)
Saya menjadi peserta terakhir yang mencapai lokasi basecamp diatas gunung Parang :-) teman - teman lainnya sudah diatas, benar - benar berlaku pepatah "Biar lambat, asal selamat". Langit sudah menjadi gelap, bulan pun mucul menggantikan tugas matahari beserta gerimis mulai turun lagi dan jam menunjukkan hampir pukul 7 malam, saya sudah gak kuat untuk memanjat lagi tangan dan kaki gemetaran, jantung berdebar kencang, nafas ngos-ngosan dan rasanya haus terus. Saya sudah berpikir untuk menyerah saat itu, gak sanggup lagi melanjutkan ke atas. Biar saja duduk di tebing sambil memandang terang bulan. Apalagi saat itu full moon.  Untung Mas Amon yang menjadi guide baik sekali, dia sabar menunggu dan menyemangati saya untuk naik, sambil menarik saya ke atas. Memang jaraknya sudah tidak terlalu jauh lagi, tapi saya merasa sangat jauh. Dihitung - hitung selama proses perjalanan, saya sudah menghabiskan 4 botol air mineral ukuran 600ml...luar biasa :-) Tepat jam 7.40 (menurut jam Nita) akhirnya sampai juga keatas....ahhhhhh....thx God !

Tenda sudah terpasang dan yang saya inginkan saat itu adalah minum....benar - benar dehidrasi berat. Rasa capek dan lapar bergabung menjadi satu. Obat yang paling enak saat itu adalah berbaring sambil menggosokkan counterpain pada bahu yang rasanya sakit sekali karena membawa ransel, luar biasa khasiat counterpain....rasa panas menjalar....sedikit melegakan ketegangan otot. Teh panas manis juga menjadi salah satu pelega tenggorokan dan tibalah makan malam nasi goreng ala Mas Jodi....rasanya luarrrrrrr biasaaaaaaa ennnnnnakkkkkkk.....

Morning view Gunung Parang
Saya tidur nyenyak sekali malam itu dan paginya terbangun dengan seluruh badan pegal - pegal ....rasanya mimpi kemarin bisa melewati perjalanan panjang yang rasanya mustahil dilewati. Terima kasih Tuhan...pelajaran luar biasa yang boleh saya dapatkan.....
Kami menikmati pemandangan pagi yang luar biasa sambil minum secangkir kopi / teh, membayangkan karya Tuhan yang luar biasa bagi hidup kami. 
Sambil menikmati pemandangan pagi, kami saling berkenalan dan mengobrol satu sama lain....dapat teman - teman baru lagi....:-)

Muka bantal semua :-)
Kali ini kami sarapan Indomie goreng ala Mas Jodi....sekali lagi rasanya luar biasa enak hehehe :-) thx Mas Jodi.




Setelah sarapan, kami membereskan perlengkapan tenda, hammock dll serta memakai perlengkapan keamanan dan bersiap - siap untuk turun. Sekali lagi kami diberi pengarahan untuk turun dan kali ini selain melewati tangga besi, kami juga akan turun dengan memakai tali yang menggunakan katrol.
Menuruni via ferrata tidak terlalu sulit dibandingkan naiknya....setidaknya saya bisa sedikit menikmati perjalanan turun  :-) tapi tetap saja ada beberapa tebing yang butuh energi dan strategi untuk dilewati. Tetapi ini adalah pengalaman hebat yang kayaknya kalau mau mengulang...pikir - pikir lagi hahahah :-D
Proud to be Indonesian



Minggu, 15 Oktober 2017

Telaga Bidadari : Surga tersembunyi dari Pegunungan Karts Rammang – Rammang Sulawesi Selatan



Surga tersembunyi : Telaga Bidadari

Me         : Hi Syen….welcome to Makassar
Syenny  : Thx sist….temanin jalan – jalan ya….
Me         : Sippp…..mau kemana ? 
                Kuliner, mall, kafe, laut, pemandangan….semuanya ada    di       Makassar.
Syenny : Terserah kemana….ikut saja.
Me         : Oke deh…so besok kita ke Rammang – Rammang.

Rammang – Rammang adalah area pegunungan karst ( batu kapur) di Maros – Pangkep, tepatnya di desa Salenrang, luasnya sekitar 45.000 hektar dan merupakan kawasan Karst terbesar didunia kedua setelah kawasan Karst di Yunnan, Tiongkok. Rammang – Rammang merupakan Taman Nasional karenanya area ini dilindungi oleh pemerintah.

Lokasinya tidak  jauh dari Makassar atau kalau punya waktu panjang transit di Makassar, lokasinya dari Bandara Sultan Hasanuddin tidak terlalu jauh sekitar 45 menit . Kalau menggunakan kendaraan pribadi sekitar 1 jam perjalanan. Kami berangkat pagi hari, jam 7 saya sudah jalan dari rumah untuk menjemput para ladies. Sebenarnya jam 7 berangkat sudah agak terlambat, karena matahari cukup panas nantinya ketika kami tiba, tetapi karena membiarkan tamu yang baru tiba bisa istirahat lebih panjang sedikit di Makassar jadi gak papa. Sekitar jam 8 lewat kami tiba di Rammang – Rammang. Panas menyengat matahari menyambut kedatangan kami, tetapi kami sangat gembira karena kami boleh melakukan perjalanan bersama – sama lagi setelah trip terakhir kami di Jepang. 
Gerbang Selamat Datang Rammang - Rammang
 
O iya…terakhir kali saya kesana itu Desember 2016 toilet belum jadi atau masih dalam pengerjaan, tetapi sekarang toilet dan beberapa bangunan pusat informasi sudah jadi, termasuk gapura selamat datang.

Area Karst dinikmati dengan menyusuri sungai menggunakan perahu kecil atau biasa disebut Katinting, biayanya sudah ditentukan jadi tidak perlu repot untuk tawar – menawar, karena kami bertiga jadi biaya perahu kami 200rb yang akan dibayarkan setelah tiba kembali di dermaga.

Tarif Perahu

O iya karena perahu kecil yang digunakan untuk menyusuri sungai tanpa atap, jadi cuaca panas sangat terasa, sebaiknya membawa beberapa perlengkapan berikut :
1.    Tas ransel / selempang yang nyaman
2.    Topi
3.    Kacamata hitam
4.    Sunblock / krim tabir surya
5.    Air minum
6.    Kamera ( cukup handphone saja biar simple )
7.    Sepatu olahraga atau sandal gunung’
8.    Handuk kecil
Perlengkapan Menjelajah Rammang - Rammang
 
Sebenarnya di area dermaga ada penyewaan topi pandan dengan harga 5rb, tapi ketika kami tiba belum buka, sehingga akhirnya Chicha berinisiatif menggunakan payung selama menyusuri sungai.



Sepanjang jalur sungai yang kami lewati pemandangannya sangat indah. Bukit  - bukit kapur yang tinggi serta pepohonan nipah dan bakau menjadi pesona keindahan sepanjang sungai ini. Juga beberapa rumah penduduk  tradisional khas Sulawesi Selatan. Paling seru juga ketika perahu kami berpapasan dengan perahu lain, kami akan terguncang karena tidak seimbang akibat ombak yang ditimbulkan masing – masing perahu. 
Salah satu spot foto sepanjang sungai
 Ada beberapa lokasi wisata yang akan dilewati dan kita bisa singgah untuk menikmati, tetapi kami memutuskan hanya 2 lokasi yang kami singgah yaitu Telaga Bidadari dan Kampung Berua.
Menurut warga setempat Telaga Bidadari konon katanya merupakan tempat mandi para bidadari dari langit, hehehe J sangat menarik….so…mari kita kunjungi.
Dari lokasi perhentian untuk menuju Telaga Bidadari kami perlu berjalan kaki sekitar 20 menit, yang cukup menguras energi karena melewati sawah, jembatan bambu yang tidak terawat lagi serta beberapa tebing yang memerlukan pendakian. Rasa letih kami terbayar dengan suasana damai dan sejuk yang sangat terasa. Airnya jernih dan dingin karena berasal dari sumber mata air alami, seandainya kami membawa baju ganti kepingin sekali menceburkan diri di telaga itu. Kami menikmati suasana di Telaga Bidadari sambil bergantian mengambil foto.
Telaga Bidadari
  Setelah puas menikmati Telaga Bidadari, kami melanjutkan perjalanan kembali berjalan kaki menuju lokasi perahu semula.
Lokasi selanjutnya adalah kampung Berua, yang merupakan kampung dengan posisi diantara bukit – bukit Karst yang menjulang tinggi. Sebelum menikmati pemdangan kampung Berua kami wajib membayar biaya retribusi sebesar 5rb / orang.

Kampung Berua
 
Pemandangan indah terhampar didepan mata, tidak henti – hentinya tiap tempat kami berhenti untuk mengambil foto. Ada beberapa spot sebenarnya di area kampung Berua yang bisa kita nikmati yaitu Goa Kalelawar,situs Karama, Padang Ammaruang yang merupakan spot diatas bukit dimana kita bisa melihat pemandangan kampung Berua dari ketinggian, tapi jalannya lumayan jauh dan juga panas matahari sangat menyengat, sehingga kami memutuskan untuk beristirahat dengan mampir disebuah warung kecil. Karena listrik sudah masuk, jadi minuman kemasan dingin juga tersedia. Benar – benar menjadi pelepas dahaga di cuaca panas terik. Kami juga memesan es kelapa muda sambil duduk menikmati pemandangan hamparan bukit Karst. Selain itu juga beberapa fasilitas umum sudah tersedia seperti toilet, mushola, bale – bale untuk beristirahat dan juga penginapan / home stay. 

Setelah beristirahat beberapa saat, kami melanjutkan perjalanan menuju spot dimana  beberapa sapi lagi menikmati rerumputan, kami pun bergantian mengambil gambar disitu, kemudian kami memutuskan untuk pulang. Pengalaman indah boleh kami dapatkan hari ini dengan menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan yang luar biasa.
#LadiesTraveller
 #LadiesTraveller








 

Senin, 25 September 2017

21 Apr 2017 Salju Musim Semi di Jepang : Tateyama Kurobe Alpine Route


Salah satu spot wisata pegunungan terkenal yang wajib dikunjungi dan menjadi impian kami bersama adalah Tateyama Kurobe Alpine Route yang tahun ini dibuka tanggal 15 April – 30 November 2017. Rute ini menembus pegunungan dan di ketinggian 2500 meter yang menghubungkan 2 kota yaitu Tateyama di Prefektur Toyama dan Shinano-Omachi di Prefektur Nagano. Tateyama Kurobe Alpine Route ini akan ramai dikunjungi pada musim semi, dan ditutup pada musim dingin. Jadi waktu terbaik untuk datang dan berkunjung ke Tateyama Kurobe Alpine Route adalah pada bulan April – Juni, terutama jika ingin melihat wisata menakjubkan yang dikenal dengan sebutan Snow Wall / Snow Corridor Tateyama atau dinding salju tinggi di Gunung Tateyama, dimana kita bisa berjalan diantara tembok salju yang ketinggiannya bisa mencapai 20m, selain itu juga rute ini dilalui dengan berbagai sarana transportasi termasuk cablecars, trolley bus dan ropeway. Rute ini dapat dikunjungi dengan perjalanan 1 hari pulang pergi dari Tokyo, tapi kita harus berangkat pagi sekali untuk menghemat waktu perjalanan, semuanya ini tercover dengan membeli Tateyama Kurobe Option Ticket seharga 9000 yen sekali jalan dari stasiun Nagano ke stasiun Dentetsu-Toyama atau sebaliknya.

Kami berangkat dari apartemen tempat kami tinggal di area Shinjuku sekitar jam 6 pagi menggunakan subway menuju stasiun Tokyo dan dari stasiun Tokyo menggunakan Hokuriku Shinkansen menuju stasiun Nagano. Tiba di stasiun Nagano kami menggunakan local bus menuju Ogizawa. Perjalanan menuju Ogizawa sekitar 1 jam 45 menit kami dimanjakan dengan pemandangan cantik hamparan kebun, sungai maupun pohon – pohon sakura sepanjang jalan. Mendekati Ogizawa, kami mulai melihat pegunungan yang diselimuti salju, rasanya pengen cepat-cepat sampai, pengen banget ngerasain salju. Setibanya di Ogizawa, kami berlari menuju pintu masuk karena ternyata banyak banget turis-turis dateng dan sebagian besar menggunakan tur. Perjalanan pun dimulai….


Rute 1 : Ogizawa – Kurobe Dam
Kami tiba di Ogizawa sekitar jam 9 dan kami pun mulai antri dengan memegang Tateyama Kurobe Option Ticket kami masing – masing untuk naik trolley bus. Ini adalah bus bertenaga listrik yang menghubungkan stasiun Ogizawa dengan Kurobe Dam yang melewati terowongan menembus gunung. Keluar dari terowongan, kami langsung disuguhkan pemandangan menakjubkan yaitu Bendungan Kurobe atau Kurobe Dam. Ini merupakan bendungan tertinggi di Jepang (186 meter) yang sebenarnya paling bagus dikunjungi ketika musim panas. Karena pada saat musim panas, ketika pintu air dibuka, bendungan Kurobe ini akan memperlihatkan 15 ton per detik air yang dibuang dari dam, meskipun begitu bendungan ini tetap menarik ketika kami melihatnya. Kami menikmati pemandangan Kurobe Dam dengan berjalan kaki menuju terowongan berikutnya yaitu Kurobeko.

View from Kurobe Dam
Rute 2 : Kurobeko – Kurobedaira – Murodo – Bijodaira
Antian naik Kurobe Cable Car

Tiba di Kurobeko, kami antri lagi untuk naik Kurobe Cable Car. Karena kami jalan sendiri dan tidak ikut tur, jadinya ada jalur antrian sendiri sehingga lebih cepat.Perjalanan menuju Kurobedaira menggunakan cable car ditempuh dalam waktu 5 menit dan semakin menuju ke puncak. Kurobedaira terletak 1282m dari permukaan laut. Di lokasi ini juga merupakan tempat peristirahatan pertama, jadi banyak yang jual makan. Karena kami belum lapar, jadinya tidak singgah dan disini juga pengunjung bisa keluar dan menikmati salju, tetapi kami tidak keluar karena menghemat waktu. Kami langsung menuju antrian untuk naik Tateyama Ropeway. Sekali lagi antrian untuk yang tur dan individu dipisah, jadinya kami tidak perlu menunggu lama.

 
Rute 3 : Kurobedaira – Daikanbo - Murodo – Bijodaira

Transportasi selanjutnya menuju Daikanbo adalah menggunakan Tateyama Ropeway atau kereta gantung. Panjang kereta gantung ini adalah 1,7 km dan tidak ada menara penopang di tengah-tengahnya. Jadi penopangnya cuma di antara Kurobedaira dan Daikanbo. Dari dalam ropeway kami bisa menikmati pemandangan lembah dan perbukitan yang masih ditutupi salju meskipun agak ngeri karena tinggi juga ropeway nya. Waktu tempuhnya sekitar 7 menit menuju Daikanbo. 
Pemandangan dari Ropeway....amazing :-)
 
Kemudian kami melanjutkan perjalanan selama 10 menit menggunakan Tateyama Tunnel Trolley Bus untuk sampai di Murodo. Ini adalah bagian terbaik dan yang kami tunggu – tunggu dari rute pegunungan Alpen Jepang. Kenapa? Karena disinilah kita bisa melihat dinding salju yang tebalnya bisa lebih dari 10 meter dan kita bisa berjalan kaki diantara tembok salju setinggi 10 – 20 meter. Ini adalah pengalaman yang luar biasa, meskipun cuaca sangat dingin, tetapi, jangan sampai salah kostum disini, karena suhu diluar bisa dibawah 0 derajat, meskipun pada siang hari dimana matahari ada di atas kepala. Pada waktu kami tiba disana, dinding salju mencapai ketinggian 19m dengan suhu udara -2° wahhhh senangnya luar biasa, thxxxx GOD !

Snow Wall
 
Kami berjalan kaki sampai batas yang ditentukan, kemudian harus balik lagi ke stasiun Murodo, cukup lama waktu yang kami habiskan di Murodo untuk bermain salju. Ada beberapa orang Jepang yang kami lihat melakukan pendakian ke puncak….wah kami sampai terheran – heran begitu hebatnya bisa menahan diri dari angin yang berhembus kencang , tetapi mereka ternyata datang sudah dengan perlatan lengkap untuk mendaki seperti jacket, syal, topi, tongkat, sepatu gunung, dll. Udara dingin semakin menusuk, kami bergegas kembali ke stasiun Murodo, tetapi jalan tetap harus hati – hati agar tidak terjatuh karena panas matahari membuat salju mencair dan beberapa bagian jalan menjadi becek. Sesampai di stasiun Murodo, gelombang wisatawan sangat padat, sehingga kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Bijodaira dengan menggunakan bus.Meskipun lapar, kami tidak singgah makan karena melihat begitu banyaknya orang, tetapi di stasiun Murodo kami sempat membeli bakpao panas dengan harga 300 yen….lumayan untuk mengganjal perut dan juga membeli beberapa souvenir kecil seperti gantungan kunci maupun tempelan kulkas sebagai kenang – kenangan. Perjalanan ke Bijodaira membutuhkan waktu sekitar 50 menit jadi kami sempat tertidur di bus saking capeknya.
  
 
Snow Wall dengan ketinggian 19m


Dream comes true... #SnowWall


Rute 4 : Bijodaira – Stasiun Tateyama
Kami tiba di stasiun Bijodaira sudah sore, singgah toilet sebentar kemudian kami antri untuk naik Tateyama Cable Car menuju Tateyama Station. Cable Car nya sama dengan Kurobe Cable Car, tapi kali ini bedanya tidak di dalam terowongan, jadi bisa lihat pemandangan. Sayangnya karena sangat padat, jadi tidak sempet untuk foto - foto. Perjalanan cukup singkat yaitu 7 menit.

Rute 5 : Tateyama Station – Dentetsu Toyama
Tiba di stasiun Tateyama, kami kembali antri lagi menunggu  kereta yang akan membawa kami. Antrian sangat rapih dan di Jepang semua alat transportasi umum tiba tepat waktu, kalaupun ada keterlambatan itu tidak lebih dari 2 menit. Kereta dari stasiun Tatyema ke Dentetsu Toyama ini sama kayak naik commuter line Bogor-Jakarta. Jalur ini adalah jalur lokal, melewati rumah penduduk, kebun – kebun serta sungai. Kami banyak melihat pemandangan yang bagus sepanjang perjalanan. Di atas kereta kami bertemu beberapa keluarga orang Indonesia yang berasal dari Jakarta dan Semarang, mereka pun ternyata sama seperti kami, modal nekat untuk jalan tanpa tour. Setelah 1 jam perjalanan, kereta pun tiba di Dentetsu Toyama. 

Rute 6 : Dentetsu Toyama / Stasiun Toyama – Stasiun Tokyo
Setelah tiba di Dentetsu Toyama, kami berjalan menuju Toyama Station, karena Shinkansen ke Tokyo berhenti di Toyama Station. Jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 5 menit jalan kaki. Dari Toyama ke Tokyo kami naik Shinkansen Hokuriku keberangkatan jam 17:26 dan tiba di Tokyo jam 19:44 (total waktu 2 jam 18 menit, di cover JR Hokuriku Pass). 


Hari ini benar-benar menyenangkan buat kami. Kami sangat menikmati salju di musim semi dan sebelum pulang kami mampir untuk makan ramen di stasiun Tokyo. 

YouTube Channel : https://www.youtube.com/watch?v=TPsguW45wdU

Minggu, 06 Agustus 2017

20 April 2017 : DisneySea


Pagi ini kami bangun dengan sangat bersemangat....yeahhhh kami sudah di Tokyo....uda bisa bobok cantik di tempat tidur, sangat menyenangkan sekali. Hari kedua di Tokyo, kami memutuskan untuk  ke Disneysea.

Di Tokyo sendiri, ada Disneyland dan Disneysea, tapi kami lebih memilih untuk berkunjung ke Disneysea. Kenapa? Karena Disneysea hanya ada satu di dunia, yaitu di Jepang saja. Sedangkan Disneyland itu ada beberapa negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Hongkong, Shanghai. Selain itu, kami juga sudah pernah main-main ke Hongkong Disneyland dan kata orang-orang, Disneyland hampir mirip-mirip kok di seluruh dunia. 

Tiket DisneySea kami sudah beli dari Indonesia, tepatnya di salah satu travel di Jakarta seharga ¥7400 / orang dan bisa digunakan untuk 1 hari.

Dari apartemen kami di Shinjuku, kami harus menaiki kereta ke Maihama Station, namun sebelumnya harus transit di Tokyo Station. Maihama Station sendiri merupakan gate dari Tokyo Disney Resort yang menyambungkan Tokyo Disneyland, Tokyo Disneysea, dan area perhotelan disekitarnya. Untuk menuju Tokyo Disneysea, kami harus menaiki kereta khusus yang bertemakan Disney dan membayar sekitar ¥250, jadi kami menggunakan kartu Suica. 
Kereta Disney
Turun dari kereta DisneySea kami disambut pemandangan menakjubkan yaitu
giant globe yang menjadi salah satu landmark dari Tokyo Disneysea.
 
Giant globe of Tokyo DisneySea
O iya...pihak DisneySea juga menyediakan brosur informasi berbahasa Indonesia, mungkin karena banyaknya pengunjung dari Indonesia. 


Secara umum, wahana atraksi Disneysea terbagi dalam 7 area atraksi sebagai berikut :

  1. Mediterranean Harbour
  2. American Waterfront
  3. Port Discovery
  4. Lost River Delta
  5. Arabian Coast
  6. Mermaid Lagoon
  7. Mysterious Land
Area pertama dari DisneySea, yaitu Mediterranian Harbour. Kami takjub ngeliatnya karena ada tiruan laut besar banget dan di tengah-tengahnya ada gunung api yang dinamakan Prometheus Volcano. Konon katanya, gunung berapi ini akan meletus dan mengeluarkan bara api pada waktu-waktu tertentu. Kami sempat menyaksikan gunung ini meletus. Saat itu, sudah banyak sekali orang yang duduk di pinggir ‘laut’ untuk menunggu salah satu show. Tema bulan April  DisneySea saat itu adalah Disney's Easter jadi dekorasi bernuansa easter. Tiap bulan temanya berganti. Saat kami tiba beberapa menit kemudian pertunjukan dimulai...keren sekali sebenarnya, tapi karena panas terik matahari jadi kami hanya melihat sebentar saja dari pinggir danau. Pertunjukannya apa saja....nanti masuk ke Channel Youtube saya ya :-)

Mediterranian Harbour
Karena matahari cukup terik, kami berlindungnya ke toko - toko souvenir Disney yang selalu ada di tiap sudut, barang - barang yang dijual cukup mahal sih....namanya saja limited edition, alias cuma ada di Disney. Kami berburu topi lucu - lucu dan juga beberapa souvenir seperti tempelan kulkas. 

Bando lucu - lucu ala DisneySea, stttt.....ini statusnya pinjam :-D
Makin siang, makin padat orang - orang berdatangan.....padahal ini bukan hari libur. Kami masih belum berpindah dari area Mediterranian Harbour, kami memutuskan untuk masuk melihat - lihat lebih dalam. Banyak sekali area spot foto yang bagus. Setelah puas foto - foto kami berjalan ke wahana selanjutnya, yaitu Disney Sea Electric Railway, wahana ini merupakan kereta gantung yang akan membawa kita menjelajahi TDS. Antriannya cukup panjang, tapi berjalan dengan tertib dan cepat. Selesai menikmati pemandangan TDS dari kereta gantung, kami melanjutkan ke wahana berikutnya. Tapi ternyata ditengah - tengah perjalanan Syenny baru menyadari kehilangan kacamata hitam, dia sudah panik banget....karena memang di cuaca panas begini, sangat dibutuhkan kacamata untuk membantu penglihatan. Jadi kami memutuskan balik wahana railway tadi. Terus terang kami tidak terlalu yakin bisa mendapatkan balik kacamata tersebut, karena melihat padatnya orang - orang yang menaiki railway. 

Info yang kami dapat, kalo di Jepang kehilangan barang, biasanya bisa didapatkan kembali karena orang - orang Jepang terkenal akan kejujurannya. Dan.....ternyata itu benar.....👏👏👏 kami menemui penjaga Railway, menjelaskan ciri - ciri kacamata yang kami cari....kemudian penjaga tersebut meninggalkan kami dan masuk kedalam satu ruangan dekat situ dan kembali dengan membawa kacamata Syenny.....wowwwwww amazing God......praise the Lord. Luar biasa karakter orang Jepang ini....satu pembelajaran yang sangat mahal harganya yaitu bisa melihat kejujuran orang Jepang.
Antrian Wahana TDS
Bagian dalam Mermaid Lagoon
Tidak semua wahana untuk bermain harus antri, kita bisa menggunakan FastPass. Para pengunjung hanya bisa mendapatkan FastPass setiap 1 jam sekali. Tidak semua atraksi bisa menggunakan FastPass. Maka dari itu, sebenernya tidak ada guide khusus untuk FastPass. Harus pintar-pintar melihat situasi aja.

Perut sudah teriak minta diisi, tapi melihat antrian manusia di setiap tempat makan cukup banyak, jadi kami memutuskan untuk membeli Chicken Leg saja sekedar mengganjal perut. 

Tidak semua wahana kami masuki untuk bermain, jujur saja kami kurang menikmati wahana - wahana yang ada dalam DisneySea ini. Alasannya kenapa ya ? Mungkin karena faktor usia ya....hehehe :-D padahal sebenarnya dari beberapa media yang kami baca TDS memang pas untuk usia dewasa trus alasan lain wahana - wahana dalam area TDS ini tidak terlalu menantang & menarik, cenderung membosankan. Kalo cuma sekedar ingin tahu, ingin spot foto yang bagus, oke sih....sekitar jam 5.30 sore kami memutuskan untuk meninggalkan TDS. See you di postingan Day 4 ya....:-)


Sensasi Mendaki Via Ferrata di Gunung Parang Purwakarta

Via ferrata gunung Parang Purwakarta Yeah…hari ini Sabtu 7 Oktober 2017 kami akan mencoba memacu adrenalin di Purwakarta, tepat...